Selama ini Guru Cenderung Tak Peduli Kegiatan Siswa Selepas Sekolah

Mendikbud Muhadjir Effendy menegaskan komitmen pemerintah menjaga alokasi anggaran fungsi pendidikan sebesar 20 persen di dalam APBN.

Mendikbud Muhadjir Effendy menegaskan komitmen pemerintah menjaga alokasi anggaran fungsi pendidikan sebesar 20 persen di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Selama ini Guru Cenderung Tak Peduli Kegiatan Siswa Selepas Sekolah

Dia menjelaskan besarnya porsi transfer ke daerah yang mencapai lebih dari 60 persen mencakup porsi pembiayaan untuk gaji dan tunjangan profesi guru yang tergolong besar.

"Problem yang mendasar, dalam kaitannya dengan penerapan pendidikan karakter, adalah tentang beban kerja guru. Kita tidak ingin guru hanya mengajar tatap muka di depan kelas saja. Apalagi mencari tambahan jam untuk memenuhi beban sampai ke sekolah lain," ujar dalam keterangan tertulis seperti dikutip kemdikbud.go.id, Kamis (24/8/2017).

Dijelaskannya bahwa selama ini guru terpaku pada mengajar tatap muka, bukan mendidik. Hal tersebut dilakukan demi mendapatkan tunjangan profesi guru, namun seringkali mengurangi pengawasan kepada muridnya. Menurut Mendikbud, pendidikan karakter, atau pendidikan nilai-nilai dan akhlak, akan sulit dilakukan bila guru tidak dapat memberikan waktu yang optimal dalam mendidik muridnya.

"Selama ini, guru cenderung tidak peduli dengan kegiatan siswa seusai jam sekolah," kata Muhadjir.

Kebijakan lima hari sekolah, lanjutnya, merupakan pilihan bukan paksaan. Pemerintah daerah melalui dinas pendidikan bertugas mengevaluasi kapasitas sekolah, dari segi sarana dan prasarana, serta keinginan orangtua. Ditegaskan Muhadjir, beban belajar siswa tetap mengacu pada kurikulum 2013.

"Jadi, waktu belajar siswa hanya ditambah sekitar 1 jam 20 menit," tuturnya.

Guru besar Universitas Muhammadiyah Malang tersebut juga memberikan penjelasan mengenai beberapa prinsip dasar penguatan pendidikan karakter, di antaranya upaya untuk mengoptimalkan tri pusat pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) untuk membentuk ekosistem pendidikan.

"Jangan dibayangkan nanti sekolah akan sama. Itu tidak mungkin. Sekolah-sekolah itu akan sangat beragam sesuai dengan ekosistemnya," jelasnya.

Sumber: kabar24.bisnis.com

Powered by Blogger.